Edisi Ultah Buku Hijau Coklat, Nikah Di BauBau

 cerita nikah di baubau

Lagi malas nulis yang berat-berat, jadi mau lanjutin cerita kemarin aja deh, masih dalam edisi ulang tahunnya buku hijau coklat. Itu tuh si buku nikah, kan warnanya hijau untuk suami, coklat untuk istri, ye kan, hehehe.

Kemarin kan saya cerita tentang persiapan nikah dari Surabaya, yang mana dari drama tersinggung oleh perlakuan camer, hingga drama menentukan tanggal nikahnya. Ditambah perjalanan dari Surabaya ke Kendari pakai pesawat dan menyeberang ke BauBau pakai kapal cepat.

Sampai di BauBau, waktu nikah tinggal menghitung hari, saya lupa sih tepatnya saking udah lama banget. Yang jelas, kami memanfaatkan hari-hari yang tidak banyak itu dengan melakukan berbagai persiapan.

Tahapan pertama adalah mengeprint nama-nama undangan, ditempelkan ke undangannya, lalu mulai disebarkan.


Cerita Persiapan Nikah di BauBau

Dengan dibantu oleh beberapa saudara sepupu, teman-teman serta lainnya, undangan mulai disebar. Beberapa juga saya edarkan sendiri bersama adik sepupu saya, Yeni.

Saya ingat banget, betapa lelahnya kami menyebarkan undangan yang lumayan banyak itu. Lupa sih jumlahnya, tapi ratusan juga sih.

Selain menyebarkan undangan, saya juga mengurus surat nikah di KUA dengan ditemani kakak. Beruntung semuanya lancar, dan pak penghulunya bisa datang ketika waktu yang sudah kami tentukan. 

Saya juga bersyukur, karena ternyata semuanya udah disiapkan mama.

Btw, untuk biaya pernikahan dari saya, Alhamdulillah semua ditanggung ortu, hal ini sudah menjadi komitmen orang tua kami sih. Kakak saya juga demikian sebelumnya, dan sayapun punya bagian untuk ditanggung biaya nikahnya oleh ortu.

Jadi saya benar-benar cuman tahu beres.

Semua persiapan udah ditangani mama.

Mulai dari baju pengantin yang saya putuskan pakai baju adat Buton 2 jenis, make up pengantin dan keluarga, jasa fotografi, termasuk tenda dan pelaminan.

Kalau nggak salah make up diambil sepaket dengan pakaian serta tenda dan catering pakai Yeyen, sekarang nih salon udah semakin besar aja usahanya di BauBau.

Untuk fotografinya pakai La Tansa.

Saya juga sempat melakukan perawatan pengantin yang merupakan bagian dari paket bundling yang mama pilihkan. 

Dan tahu nggak, itu pertama kalinya saya melakukan perawatan spa seluruh tubuh, seumur-umuran, hahaha.

Meski terbilang lancar, bukan berarti tanpa drama yang terjadi.

Ada momen di mana bapak tiba-tiba menghilang entah ke mana, setelah kami cari ke sana ke mari, ternyata beliau ngambek dong karena merasa dicuekin oleh kami yang sibuk sendiri-sendiri.

Untungnya bapak selalu sayang dan dengerin kata anak perempuannya ini, jadi ketika saya jemput dan bujuk beliau pulang, segera deh bapak mau pulang.

Bukan hanya itu, kelar bapak nggak ngambek, gantian kakak yang saat itu sedang hamil anak pertama dan jauh dari suaminya yang ngambek.

Pusing deh mama.

Ada juga momen ketika saya sedang repot bantuin masak di dapur, eh ada orang tua yang dituakan di Wolio, datang untuk semacam melakukan ritual tunangan atau sejenisnya. Intinya si bapak-bapak itu nerima uang nikah, lalu memakaikan cincin yang dibeli oleh si calon dan sudah saya bawa duluan, ke saya.

Ada juga momen repot nungguin calon suami dan calon mertua dari Surabaya, mereka datang dengan menggunakan kapal Pelni, dan ternyata jadwal sandar kapalnya terlambat. Hal ini bikin kami menghabiskan banyak waktu terbuang hanya untuk menunggu mereka datang.

Untungnya setelah mereka datang, suasana mulai lebih lancar, saya menjalani masa pingitan ketika malam sebelum ijab kabul.

Saya agak lupa gimana momennya, yang masih teringat saya disuruh diam di kamar hanya menggunakan pakaian dalam dibungkus sarung Buton.

Saya juga dimandikan malam-malam, lalu diajak ngobrol pakai bahasa Wolio yang nggak semuanya saya paham, hahaha.

Di malam hari, saya tidur nggak nyenyak, karena kalau nggak salah saya disuruh tidur di lantai beralas tikar, lalu ketika subuh lagi-lagi saya diminta untuk mandi lagi.


Hari H, The Wedding, Minggu 9 Agustus 2009

Syukurlah di pagi hari saya disuruh sarapan sedikit, setelahnya para periasnya datang.

Sebenarnya saya udah menyiapkan kaos daleman warna putih dan hitam dari Surabaya, mengingat saya berhijab dan pakaian adat Buton atau Wolio itu menggunakan lengan pendek.

Tapi, ternyata si perias membujuk saya untuk lepas jilbab saja, alasannya lebih cantik kalau nggak pakai jilbab. Oonnya, saya nurut aja, pulak, hahaha.

Saya lalu dipakein baju adat yang pertama berwarna emas, setelahnya si perias mulai merias wajah saya.

Dimulai dengan mengerik alis dan beberapa rambut dijidat, yang sukses bikin jidat saya makin lebar, hahaha.

Tak lama kemudian, riasan saya siap, lalu dipakein hiasan kepala kayak dicepol gitu rambutnya. Dan berikutnya periasnya mulai merias mama dan calon bumer.

persiapan nikah di baubau
Persiapan pengantin pria di rumah tante saya

Meski semua itu pilihan mama dan terpaksa saya lepas jilbab, tapi suer saya puas banget dengan hasil riasannya.

Rapi dan kekinian lah, setidaknya untuk tahun 2009, riasan seperti itu nggak malu-maluin deh. Dan bukan cuman saya, mama pun dirias dengan sangat rapi, meskipun agak kontras tangan dan wajahnya, hahaha.

Setelah siap, saya duduk di atas kasur menunggu pengantin laki datang, Alhamdulillah nggak lama kemudian si calon pun datang.

Semua rombongan juga sudah datang, termasuk penghulunya. Posisi saya, mama dan ibu camer ada di atas kasur, sementara di bagian lantai kamar ada penghulu, bapak dan pengantin laki.

Agak terbilang enggak sopan ya, tapi keknya emang aturan dan adat di sana kayak gitu, hahaha.

Bapak kemudian menyerahkan hal beliau untuk menikahkan anaknya ke orang tua yang masih jadi keluarga kami, dan ijab kabulpun bersiap dimulai.

Ada drama pulak sebelumnya, yaitu mati lampu karena jeglek, untungnya nggak lama kemudian semuanya lancar.

Setelah ijab kabul, kamipun menanda tangani surat nikah yang ada, lalu si penghulu pamit, dan kami lanjut ke sesi foto-foto.

persiapan nikah di baubau

Kelar foto-foto dengan pakaian adat berwarna emas, make up saya kembali di-touch up tipis-tipis, lalu digantikan pakaian adat berikutnya berwarna biru dengan aksen silver.

Hiasan kepala juga berubah, jika saat ijab pakai cepol, sedangkan untuk resepsi menggunakan semacam tutup kepala khusus.

Sejujurnya awalnya saya ketakutan dengan kondisi jidad saya yang lebar, tapi setelah liat fotonya ternyata oke-oke saja dong, hahaha.

Sekitar pukul 12 siang, resepsi dimulai, saya bersama paksu dan ortu serta mertua duduk di pelaminan yang sudah dipersiapkan di lapangan belakang rumah.

Lalu berikutnya selama kurang lebih 3-4 jam kalau nggak salah, kami duduk dan menyambut tamu yang datang dengan berbagai momen yang bikin saya dan ibu mertua malah sibuk bisik-bisik.

Mulai dari mengomentari tempat amplop orang-orang yang terbuka begitu saja, maklum kalau di Jawa kan yang namanya amplop para undangan tuh harus dimasukin ke dalam sebuah kotak atau wadah lainnya, yang intinya harus tertutup bahkan terkunci.

Tapi di Buton ketika tahun 2009 itu, wadah amplop undangan masih terbuka begitu saja, tapi emang letaknya dekat pelaminan sih, jadi kami lihat.

Meski sudah ada wadah amplop, beberapa tamu undangan ada yang tetap memberikan amplop ke saya langsung. 

Ada pula momen ketika seorang tamu undangan yang datang dengan mengenakan helm. Karuan saja ibu menjawil saya, sambil bisik-bisik nahan tawa.

Sungguh sebuah momen yang sebenarnya kami harusnya yang dilihat, eh malah kami yang sibuk merhatikan kelakukan aneh para undangan yang mostly tidak saya kenal, hahaha.

Menjelang sore, tamu undangan sudah nggak ada yang datang, akhirnya kamipun diperbolehkan turun dari pelaminan. Ibu lagi-lagi mengajak saya ngerumpi, lantaran melihat ibu-ibu yang bungkus makanan banyak banget, hahaha.

Saya yang kenal orang tersebut segera menjelaskan ke ibu mertua, kalau dia masih termasuk keluarga bapak, dan kebetulan juga sisa catering masih banyak banget.

Mama memang sengaja memesan catering dilebihkan, karena takut nggak cukup. Mungkin juga semua ini dikarenakan ego mama buat menutupi resepsi nikahan anaknya (kakak saya) di tahun sebelumnya yang terbilang kurang sempurna.

Apalagi, ketika saya nikah, jabatan mama sudah menjadi kepala puskesmas di tempat beliau mengabdi selama puluhan tahun.

Meski lelah, acara pernikahan kami di hari Minggu, 9 Agustus 2009 tersebut bisa dibilang berlangsung lancar. Semuanya terbilang memuaskan, baik saya (kalau saya mah tau jadi kan, masa iya mau protes juga? minta dikoyek apa! hahaha), maupun mama selaku donatur utama, hahaha.

Sayangnya demi mengikuti perintah kakak, di hari itu juga saya dan si paksu malah melepas semua dekorasi kamar, biar bisa langsung dibawa pulang.

Belakangan saya tahu, ternyata sama yang empunya dekorasi kamar termasuk baju dan lainnya, diambil setelah beberapa hari kemudian.

Jadi, saya nggak punya banyak foto di kamar dekorasi nikah.

Tapi emang niatnya saya yang penting sah juga sih ya, biar hutang janji nikah ke ortu lunas. As i say, sebenarnya yang bikin saya pengen cepat nikah ya karena kasian sama mama yang tertekan dengan omongan orang lantaran saya belum nikah-nikah.

Ditambah yang biayain emang mama, ya cus aja saya mah. 

Demikianlah cerita persiapan nikah dan hari pernikahan saya di BauBau yang masih bisa terekam dalam ingatan.  

Note: fotonya terpaksa nggak bisa ditayangkan, karena saya nggak pakai jilbab, hehehe

      

Surabaya, 11-08-2024

2 komentar :

  1. Aku kalo inget2 masa mau nikah, JD heran sendiri kok bisa lancar hahahahaha. Kayaknya memang selalu tiap mau nikah itu adaaaa aja drama ya Rey. Apa Krn kondisi emosi sedang tegang, takut ada hal ga beres, jadi kesentil dikit langsung marah 😅. Tapi memang skr mah, kalo diinget2, udah bersyukur itu semua berlalu hahahahaha. Ntr kalo anakku yg nikah, udahlaah, simple aja. Mending uangnya dia pake utk beli rumah 🤣

    Tapi aku suka siih baca tradisi nikahan temen2 yg lain, apalagi yg benar2 beda Ama adatku dulu, yg pakai cara Batak dan solo.

    BalasHapus
  2. waahh .. selamat ulang tahun ya buku hijau coklat semoga langgeng duni akhirat. Tepis semua hal buruk, rangkul yang baik-baik ya mba.

    Smaan nih mba aku juga di bulan ini kwkwkw.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)