Risiko Gunakan Medsos Untuk Hasilkan Uang Dan Cara Menyikapinya

risiko medsos

Media sosial di zaman sekarang begitu sering dijadikan sarana untuk menghasilkan uang. Saya menjadi salah seorang yang pernah merasakan hal tersebut.

Seperti yang pernah saya tuliskan di pengalaman menghasilkan uang dari medsos, yang setidaknya ada 4 platform yang pernah saya gunakan untuk itu.

Di antara ke-4 platform tersebut, instagram menjadi salah satu yang paling sering dan bisa dikatakan lebih banyak membantu saya dalam mendulang cuan.

Apalagi ketika saya mulai aktif di dunia blogging dan instagram di tahun 2018 silam, hingga masuk masa pandemi. Instagram sangat membantu banget untuk kami dalam menyikapi masa-masa sulit ketika itu.

Terlebih waktu itu, masih sedikit persaingan di dunia influencer, jadinya rate yang diberikan oleh klien pun jauh lebih manusiawi ketimbang sekarang.  


Risiko Menggunakan Medsos Sebagai Sarana Menghasilkan Uang

Meski media sosial khususnya instagram sangat membantu buat saya khususnya, tapi bukan berarti tanpa drama. Seiring dengan itu, ada pula risiko yang harus saya hadapi yang kadang sampai bikin keki, di antaranya:

risiko medsos untuk hasilkan uang


1. Rentan Dikatakan Suka Pamer atau Flexing

Khususnya untuk platform instagram, saya memang pilih niche personal lifestyle aja, yang tentunya diisi dengan hal-hal berbau gaya hidup.

Entah posting foto selfi atau berpose yang harus cantik, posting memakai produk yang beragam. Yang kadang untuk postingan job, kadang juga postingan biasa, biar terbaca aktif aja akunnya.

Hal-hal ini mendatangkan tuduhan dari beberapa orang, baik teman maupun keluarga, yang mengatakan kalau saya suka pamer.

Kadang hal ini hanya bikin saya tersenyum geli, tapi kadang juga kesal tapi tak berdaya. Masa iya saya jelaskan secara detail kalau sedang posting job?. Kan jadinya nggak lagi dipercaya oleh follower, hahaha. 


2. Rentan dikatakan bergaya hidup mewah atau boros

Karena dinilai suka pamer, ujungnya ya dilabeli kalau suka bergaya hidup mewah atau boros. Kalau orang lain mungkin senang dikatakan hidup mewah, saya enggak.

Alasannya, saya enggak kaya sama sekali, bahkan bisa dibilang bokeknya selalu menemani, hiks. Kalau seandainya saya kaya beneran, mungkin biasa aja dikatakan demikian, tapi ini kan sama sekali enggak, malah seringnya kekurangan. 

Postingan tersebut hanya karena job, tak ada maksud lainnya. Lebih sedih lagi, kalau saya akhirnya dicap boros oleh keluarga, duh itu rasanya perih banget.


3. Mengundang Ain dari rasa iri orang lain

Saya percaya ain berdasarkan logika. 

Karena saya pernah atau sering mengalami sendiri, contohnya ketika Idul Adha tiba, banyak teman yang memamerkan daging kurban yang mereka dapat, sampai nggak muat di kulkas mereka. 

Sementara kami, bahkan hanya puas makan telur karena nggak pernah kebagian daging, sementara kalau beli kan mahal ya, hahaha.

Kadang sedih tuh melihat anak-anak mupeng liat temannya pamer bakar-bakar sate. Kadang juga sedikit kesal sama orang yang posting demikian, tapi akhirnya menyadari kalau itu bukan kesalahan mereka, tapi salah anak-anak yang udah tahu bakalan liat itu, eh diliat juga, hahaha.

Nah, perasaan ini yang sering kali bikin saya paham, ketika memposting sesuatu ada rasa takut terkena ain dari rasa iri baik tanpa sengaja atau sengaja dari orang yang melihatnya.


4. Rentan dikatakan narsis hingga dituduh NPD

Akhir-akhir ini lagi booming kampanye tentang NPD, baik di antara para blogger, maupun konten kreator di instagram dan TikTok.

NPD atau Narcissistic personality disorder, sangat dekat dengan kata narsis. Dan kadang orang salah mengartikan kalau saya yang suka posting konten foto diri di instagram adalah narsis, bahkan dekat dengan yang namanya tuduhan jadi pelaku NPD.

Padahal, NPD tidak sereceh terlihat narsis di media sosial. Meskipun jika terpaksa mengiyakan kata narsis untuk semua postingan di akun instagram, itu masih masuk kategori narsis yang sehat. Salah satunya karena masih punya empati, dan tidak merugikan orang lain.


5. Kadang sulit menjadi diri sendiri 

Satu hal yang menjadi risiko buat saya dalam menggunakan media sosial sebagai sarana menghasilkan uang, yaitu sulit untuk tetap menjadi diri sendiri.

Ketika sudah sedemikian rupa mengatur akun media sosial sesuai branding diri sebagai blogger. Lalu akhirnya mendapatkan job dari klien di mana brief-nya harus mengikuti kemauan mereka. Mau nggak mau harus diturutin, meski kadang hal itu sama sekali nggak mencerminkan citra atau gaya branding saya. 

Sebenarnya hal ini bisa ditolak ya, cuman saya belum jadi konten kreator besar yang dicari klien, adanya nyari klien karena butuh, hahaha. 


6. Rentan menerima hate comment

Salah satu risiko yang paling sering ditakutin para penggiat media sosial adalah adanya hate comment atau komen buruk dari akun-akun yang tidak bertanggung jawab.

Terutama jika kita menerima job postingan yang agak kontroversial, atau posting klaim sesuatu yang terlalu hard selling dari brief klien.

Jika sudah demikian, maka bersiaplah mendapatkan komen yang kontra, entah dari akun bodong, maupun akun yang asli.


Cara Menyikapi Risiko Dalam Menggunakan Medsos Untuk Menghasilkan Uang

Sebenarnya cara saya menyikapi semua risiko di atas hanya ada 2 cara, yaitu :

menyikapi risiko medsos


1. Cuek

Sikap ini memang paling pas sih dilakukan kalau kita ingin tetap slay menggunakan medsos sebagai sarana menghasilkan cuan.

Iya, cuek.

Selama kita tidak memposting hal-hal yang merugikan orang lain, tidak juga menipu orang lain, ya udah biarin aja orang mau menilai apa.


2. Perkuat Mental

Cara kedua sebenarnya merupakan cara yang paling utama bahkan harus dipunyai sebelum terjun ke dunia pegiat media sosial.

Apa itu?

Perkuat mental kita.

Jadi, ketika mental sudah kuat, kita juga sudah bersiap dengan apapun risiko yang akan kita hadapi setelah posting sebuah konten.

Dan jika mental kuat, kita akan lebih mudah mencapai sikap cuek terhadap apapun reaksi netizen terhadap konten yang kita bagikan di media sosial.


Kesimpulan dan Penutup

Menggunakan media sosial, terutama Instagram, sebagai sarana untuk menghasilkan uang memang memberikan banyak manfaat, terutama dalam situasi yang sulit seperti masa pandemi hingga sekarang ini. 

Namun, ada risiko dan tantangan yang perlu dihadapi, seperti tuduhan suka pamer, dianggap boros, hingga menghadapi komentar negatif dari netizen. Meski demikian, tantangan-tantangan ini bisa disikapi dengan sikap yang tepat.

Pada akhirnya, menjalani profesi sebagai konten kreator atau influencer di media sosial memerlukan keseimbangan antara mencari keuntungan dan menjaga kesehatan mental. 

Sikap cuek dan mental yang kuat menjadi kunci utama agar tetap bisa menikmati pekerjaan tanpa terganggu oleh opini negatif orang lain. Selama kita jujur pada diri sendiri dan tidak merugikan orang lain, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat dan menguntungkan.


Surabaya, 28-08-2024

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: canva edit by Rey

3 komentar :

  1. aku yang sering itu dikata spam mbak
    apalagi pas ada campaign di twitter
    ya udah aku suruh mute aja daripada keganggu kan ya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, iya juga ya, di X itu serem aslinya, mirip threads, salah nulis dikit, abis lah kita disemprot netizen :D
      Untung saya nggak pernah ngalamin sih, kecuali di Threads

      Hapus
  2. Sebenernya aku heran, kalo suatu postingan dah ngetag suatu brand, sbnrnya jelas bahwa dia sedang endorse . Jd kalo ada orang lain yg nuduh suka pamer, dan lain2, aku penasaran dia paham ga yg namanya konten kreator 😄. Atau cuma sekedar iri aja krn ga pernah kepilih utk promote suatu barang.

    Memang harus belajar cuek sih. Supaya ga kebawa emosi baca komen2 yg ga bagus. Aku beberapa kali tuh Rey, ada baca hate komen di akun temen2 yg memang konten kreator, dan terkadang isi komennya kliatan banget dengki 🤣.

    salut ama temen2ku yg terkadang dikirimin hate comment tp mereka bisa menanggapi dengan baik 👍. Ga mudah soalnya

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)