Siang tadi saya mengunjungi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jatim atau yang biasa disebut Perpusda di Menur Surabaya.
Bukan seperti biasanya, saya ke perpusda Menur buat numpang ngetik sambil nungguin si Adik pulang sekolah. Tapi kali ini untuk mengikuti acara bedah buku Sirkus Pernikahan karya Agus Mulyadi.
Ada yang kenal si penulis tersebut? Jujur saya beberapa kali lihat konten media sosial-nya yang kebetulan lewat di beranda. Tapi awalnya belum terlalu ngeh juga sih.
Sampai akhirnya di medsos sering berseliweran potongan video film bioskop berjudul Seni Memahami Kekasih. Di mana ternyata film tersebut diangkat dari buku karangan Agus Mulyadi juga dengan judul Sebuah Seni Memahami Kekasih.
Sejak saat itulah saya semakin ngeh dengan penulis kocak tersebut. Apalagi ternyata istrinya, yang menjadi bahan tulisannya di buku Sirkus Pernikahan ini, merupakan seorang aktivis wanita yang terkenal.
Jujur, nama Kalis Mardiasih ini lumayan familier di ingatan saya, meskipun saya nggak terlalu ngeh yang mana orangnya.
Bahkan, setelah potongan film dari buku mereka sering berseliweran di media sosial, saya belum juga ngeh, kalau perempuan yang dipanggil 'Lis' itu, adalah Kalis Mardiasih.
Alhasil, ketika acara hendak dimulai, bukannya saya khusyuk mendengarkan pembicara, saya malah sibuk googling namanya Kalis Mardiasih, hahaha.
Spesial Gebyar Literasi, Bedah Buku Sirkus Pernikahan
Spesial Gebyar Literasi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jatim (Disperpusip) ini diadakan sebagai rangkaian acara Hari Kunjung Perpustakaan yang bersamaan dengan hari jadi ke 79 Provinsi Jawa Timur.
Salah satu acaranya adalah bedah buku Sirkus Pernikahan, dengan mengundang penulisnya langsung, lengkap dengan 2 orang pembicara sebagai pembedah buku.
Ada Kalis Mardiasih sebagai pembedah buku sekaligus istri Agus Mulyadi, serta Sovia Sahid yang merupakan pembedah buku sekaligus seorang psikolog dan konselor pernikahan di Surabaya.
Acara ini dipandu oleh moderator Kartikanita Widyasari yang merupakan seorang Hypnotic Storyteller.
Tepat pukul 9 pagi, acara dimulai dengan mendengarkan beberapa sambutan pembukaan dari pihak Disperpusip. Lalu kemudian masuk ke acara inti bedah buku yang dibawakan oleh semua narasumber.
Kurang lebih 2 jam saya dan banyak peserta lainnya antusias mendengarkan pembicara. Semua semangat, karena emang Agus Mulyadi itu sekocak penampilannya di beberapa kontennya.
Se ceplas ceplos tulisannya baik di blog pribadinya maupun di salah satu website yang terkenal, Mojok.co.
Btw, Mas Agus ini selain menjadi seorang blogger, penulis dari beberapa buku non fiksi, dia juga aktif menulis di Mojok.co, demikian juga dengan istrinya, Kalis.
Salah satu bukunya yang menarik adalah Sirkus Pernikahan.
Buku ini bisa dikatakan seperti sekuel dari buku sebelumnya 'Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih'. Di mana di buku ini bercerita tentang kisah Agus dan Kalis yang sudah menikah. Jadi ya ceritanya berputar di kisah-kisah yang terjadi pada keduanya setelah menjalani pernikahan.
Namun, sedikit berbeda dengan buku sebelumnya, di sini Mas Agus menambahkan wejangan-wejangan untuk orang yang hendak melangkah ke dunia pernikahan.
Mengapa diberi judul Sirkus Pernikahan?
Menurt mas Agus, sirkus merupakan arena tempat banyak pertunjukan tidak lazim bisa ditampilkan dan menjadi hiburan. Ada pemain akrobat, ada badut yang membuat penonton tertawa, ada juga singa yang mengikuti perintah sang pawang dan atraksi lainnya.
Demikianlah, Mas Agus berpikir bahwa pernikahan sejatinya seperti ruang sirkus. Di mana setelah menikah dia akan menjalani hidup yang penuh akrobat, dan dipaksa menjadi badut yang selalu bahagia. Dia juga bisa berubah dari singa yang ganas di alam liar, menjadi singa yang manis dan patuh kepada pawangnya.
Meski demikian, dia menikmati hidup dalam arena sirkus bernama pernikahan itu. Rela hidup dengan penuh akrobat, rela menjadi badut, dan mental singa saya perlahan luruh di depan istri yang kini menjadi “pawang”nya.
Demikianlah mengapa bukunya diberi judul Sirkus Pernikahan.
Buku ini berisi cerita rumah tangga yang penuh aksi-aksi akrobat. Dan kisahnya ditulis untuk menunjukan bahwa pernikahan sejatinya tidak menyeramkan, tapi juga tidak semenyenangkan itu.
Selain Mas Agus dan Kalis yang bercerita sedikit banyak tentang buku ini, ada pula beberapa nasihat dan ilmu yang diberikan oleh Sovia Sahid. Di mana dijelaskan bagaimana fase-fase pernikahan yang dijalani oleh pasangan suami istri, bagaimana menghadapi sifat pasangan yang baru terlihat setelah kita menikah. Dan masih banyak lagi.
Dalam sesi tanya jawab, beberapa orang antusias memberikan pertanyaan, sebenarnya saya juga pengen banget bertanya pada Kalis Mardiasih, tentang perasaannya ketika semua 'aib'nya dibuka oleh suaminya sendiri.
FYI, Kalis Mardiasih ini seorang yang punya branding woman empowerment banget, tapi kalau mengintip sekilas isi buku mas Agus, rata-rata isinya ya menceritakan kekonyolan sang istri.
Meskipun dikemas dalam tulisan yang kocak, tapi sebagai pasangan, tentunya punya rasa yang gimanaaa gitu, kalau digambarkan dengan kondisi yang tidak 'keren' semata, hahaha.
Sayangnya, saya lelah angkat tangan, nggak kepilih mulu oleh moderatornya, akhirnya saya nitip aja pertanyaan ke Mbak Wiwid yang duduk di dekat saya.
Meski pertanyaannya nggak sepenuhnya sesuai maksud saya, tapi lumayan menjawab lah.
Jadi, tepat seperti dugaan saya, ternyata Mas Agus hanya menulis hal-hal yang bisa ditolerir oleh istrinya. Ada beberapa batasan yang tidak pernah dilanggar olehnya khususnya ketika menulis buku.
Dan batasan tersebut diketahui saat mereka ngobrol.
Kesan Mengikuti Acara Bedah Buku Sirkus Pernikahan Pada Spesial Gebyar Literasi Perpusda Jatim
Jujur senang pakai banget karena saya berhasil menaklukan rasa mager untuk hadir di Perpusda. Awalnya saya memang udah merasa malas untuk hadir, karena lagi merasa nggak mood.
Tapi, saya entah kenapa akhirnya jadi juga saya datang dan lumayan tepat waktu, di pukul 8 pagi udah nyampe dong. Padahal saya udah ngebatin, pret lah kalau dimulai pukul 8, orang Perpusda aja bukanya pukul 08.30an, hahaha.
Hal yang menyenangkan tuh lebih ke ternyata nggak sia-sia dong saya datang. Karena pembahasannya itu, favorit saya banget.
Selain juga menginspirasi untuk bisa menulis buku, jujur udah lama nih saya berpikir pengen nulis buku, bahkan udah mulai nyiapin beberapa idenya. Tapi waktunya enggak ada mulu.
Kayaknya, sebelum menulis buku, saya harus merelakan 1 atau 2 blog saya dijual deh, biar enggak merasa bersalah karena makin enggak di-update tulisannya.
Selain itu, pembahasannya tentang pernikahan, salah satu tema yang saya paling concern banget deh. Kaget juga sebenarnya, karena emang sebelumnya nggak baca banner dengan jelas, hahaha.
Jadi awalnya saya pikir, acaranya cuman ngomongin buku Sirkus Pernikahan ini, ternyata juga membahas banyak hal tentang pernikahan dong.
Dan karena acara tersebut, saya jadi punya banyak ide tulisan tema marriage juga, hahaha.
Intinya, kesan saya adalah senang banget bisa hadir di acara siang tadi. Selain bisa mendengarkan perbincangan topik yang saya minati, pernikahan. Juga bisa ketemu beberapa teman blogger yang datang.
Thanks deh Perpusda Menur, semoga sering-sering bikin acara kayak gini.
Surabaya, 26-09-2024
Ini filmnya aku tahu dr temen blogger yg kebetulan nonton. Aku sendiri blm nonton. Dan belum baca juga bukunya.
BalasHapusNama kalis itu akupun familier Rey, tp ga inget siapa. Cuma kok kayaknya pernah disebut2 Mulu 😅
Antara film Ama buku, aku LBH tertarik bukunya. Makanya udh niat mau cari. Sekalian yg sirkus pernikahan juga. Biasanya buku2 begini, diangkat dari pengalaman sendiri, lebih dapet lucunya.