Tentang Waktu: Antara Saya, Tuhan, Anak dan Tanggung Jawab

tentang waktu

Sebenarnya lagi nggak mood buat nulis, tapi harus nulis, biar bisa setor di KLIP, hahaha. Padahal udah nulis sih, tapi curhatan di blog curhat. Jadi kali ini saya pengen nulis cerita mirip curhat juga sih ya, tentang bagaimana saya menggunakan waktu akhir-akhir ini.

Sejak sebulan yang lalu, saya benar-benar fokus membagi 24 jam waktu untuk diri sendiri, Tuhan, anak-anak serta berbagai tanggung jawab kerjaan yang harus dilakukan.

Alhasil? saya malah sakit-sakitan, hahaha.

Mungkin ini juga karena saya belum bisa melulu menemukan ritme waktunya kali ya, atau memang porsinya yang belum seimbang. Tauk deh.  

Jadi kan ceritanya, saya udah lelah banget dengan semua usaha duniawi, tiba-tiba terpikirkan mau pakai jalur langit yang lebih mendalam.

Salah satunya pengen konsisten shalat tahajud, puasa dll.

You know lah, saya udah sering berhasil dengan yang namanya konsisten. Penasaran banget mengapa enggak saya terapkan di ilmu jalur langit kan ye.

Mulailah saya setel alarm pukul 3 mulu setiap hari, sebenarnya sih kalau tidurnya maksimal pukul 10 malam, bisa banget saya bangun dengan lumayan nggak ngantuk lalu shalat dengan lumayan fokus.

Masalahnya adalah, mempertahankan tidur di pukul 10 malam ini yang sulit, sering banget molor sampai pukul 11 bahkan lebih.

Nah, karena saya udah janji ke diri sendiri akan konsisten tahajud, jam berapapun saya tidur, saya usahakan bangun sebelum subuh biar bisa tahajud dulu.

Alhasil, masya Allaaahhh banget perjuangannya, hahahaha.

Mulai dari yang menahan kantuk teramat sangat, sampai-sampai saya hanya mampu bertahan sampai salam setelah 2 rakaat. Abis itu pas zikir, kan saya biasa tuh sambil merem, eh malah tidur sambil duduk dooong, hahaha.

Sadar-sadar kadang udah lewat shalat subuh, untung aja nggak kesiangan.

Hari berikutnya saya cobain dengan bolak balik basuh wajah biar nggak kalah sama ngantuk, tapi emang ujungnya ngantuk juga, apalagi kalau zikir atau doa kan sambil merem tuh, langsung nggak sadar malah tertidur dong.

Sampai akhirnya, ternyata hal ini ngaruh ke kondisi badan, saya akhirnya ketularan batuk pilek oleh si Adik, dan ini menyiksa banget karena makin berat lagi buat konsisten bangun tahajud.

Saya curhat ke si Mamak 3F dong, katanya lanjutkan saja, itu ujian.

Tapi kalau dipikir-pikir, emang iya sih, yang namanya kalau kita minta sesuatu sama Allah, apalagi permintaan kita banyak kan ye, tentu saja bayarannya mahal. Dalam hal ini ujiannya juga nggak main-main.

Saya baru bisa menyerah untuk istrahat setelah datang waktu halangan, dan kerasa banget bagaimana ngaruhnya saya bangun pukul 3 sama bangun pukul 04.30an.

Entahlah, mungkin memang kondisi fisik saya yang udah nggak sekuat ketika masih produktif dulu. Atau juga karena saya kebanyakan begadang, jadi jatah ketahanan tubuh itu udah nggak ada.

Jadinya sulit konsisten bertahan tanpa dilanda drop atau jatuh sakit. 

Mungkin ada yang berpikir, makanya konsisten juga dong tidurnya, jangan malam-malam. Nah ini juga masalahnya, pakai jalur langit itu, nggak akan maksimal kalau kita nggak usaha juga.

Jadi, ada perpaduan, jalur doa dan jalur usaha, dan usaha ini nih yang lumayan menantang juga, karena you know lah i am single fighter mom, apa-apa dikerjakan sendiri. 

Waktu 24 jam itu pengennya bisa mencakup semuanya.

Untuk diri sendiri, saya kan butuh waktu untuk sehat, jadi harus cukup tidur, minimal 4 atau 5 jam lah. Terus paginya saya usahakan untuk bisa olahraga, entah itu jalan santai atau aerobik sendiri dalam ruangan, hahaha.

Nah, kedua hal ini penting dan saling berhubungan, saya harus tidur cukup untuk bisa olahraga, kalau enggak pengen jantungan, hahaha.

Di sisi lain, waktu 24 jam saya itu juga harus dipakai untuk mengurus rumah, dimulai dari ke pasar, lalu masak, lalu nyuci dan nyetrika. Saya juga kudu nyuci setiap hari karena tinggal di tempat yang kecil, jemurannya amat terbatas.

Intinya waktu masak dan lainnya ini juga lumayan menyita waktu, biasanya saya lakukan di pagi hari selepas mengantar anak-anak ke sekolah.

Dan tentu saja, ada waktu untuk mengantar jemput anak sekolah, pagi harus antar keduanya, lalu siang menjemput si Adik, kalau si Kakak biasanya pulang sendiri naik ojek online. 

Ada juga waktu untuk antar jemput mereka les, ikut ekstra kurikuler yang memang waktunya di luar jam sekolah.

Ditambah menemani mereka belajar, apalagi kalau lagi ada ujian, ikut serta dalam kegiatan sekolah anak-anak yang melibatkan ortu. Ah banyak pokoknya.

Jangan lupakan pula, saya butuh bekerja di laptop untuk mencari uang, kadang juga di HP. Yang mana untuk pekerjaan yang satu ini nggak bisa hanya sejam dua jam sebenarnya, dan nggak bisa juga kalau nggak fokus.

Ah begitulah, rasa-rasanya untuk memenuhi semuanya, waktu untuk diri sendiri, waktu untuk curhat ke Allah, waktu untuk anak-anak, waktu untuk mengerjakan banyak hal termasuk mencari uang. 24 jam itu rasanya sangat kurang.

Harus ada yang dikorbankan, dan sampai detik ini saya masih bertanya-tanya, apa ya yang bisa dikorbankan? Karena semuanya ya sama pentingnya.

Saya butuh banget Allah, butuh banget kekuatan dari-Nya, butuh banget bantuan-Nya.

Saya juga butuh banget tidur cukup dan berolahraga, saya butuh sehat karena anak-anak bergantung sepenuhnya di saya.

Dan juga saya butuh mengurus anak-anak, mengantar jemput, menemani mereka untuk berbagai hal, karena sayalah satu-satunya orang tua mereka yang bisa diandalkan.

Jangan lupakan, saya juga butuh mengerjakan semua kerjaan rumah, masak, nyuci dan lainnya itu, karena ya kalau bukan saya, siapa lagi?. Dan juga butuh buka laptop buat kerja cari duit, karena di sinilah sumber pemasukan saya dan sekarang jadi sumber kehidupan kami. Saya dan anak-anak.

Rasa-rasanya memang nggak cukup ya, entah terlalu banyak yang harus dikerjakan, entah juga karena saya belum sepenuhnya mampu manajemen waktu dengan baik. Masih terlalu mudah terkena distraksi yang kuat dari banyak hal.

Tapi jujur, saya tetap berusaha kok, meski sulit dan berkali-kali gagal.

Karena setidaknya untuk saat ini, itulah yang bisa saya lakukan untuk diri sendiri dan anak-anak khususnya.

Saya berharap, semoga nanti ada titik terang yang bisa membuat saya lebih enjoy melakukan semuanya. Setidaknya saya berharap banget, Allah izinkan saya punya penghasilan yang meskipun ga tetap tapi selalu ada setiap bulannya dan cukup untuk biaya tempat tinggal, biaya makan dan biaya pendidikan anak, insya Allah, aamiin.

Buat para single mother di luar sana, semoga Allah mudahkan semua usaha kita ya, aamiin

Insya Allah, dengan melibatkan Allah, tak akan ada yang perlu benar-benar kita khawatirkan, karena Allah sudah berjanji, 

"Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya"

"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu" 

Ayat di atas menjadi ayat yang sering menemani saya akhir-akhir ini, Alhamdulillah.

How, about you, Temans?


Surabaya, 06-10-2024

4 komentar :

  1. Semangat Rey, aq yakin kamu pasti bisa, aq doakan semoga Allah kasih kemudahan untuk dapatkan rezeki berlimpah dengan segera aamiin

    BalasHapus
  2. Semoga terbuka jalan rezekinya ya Rey. Juga solusi dari semua masalah yg ada. 🤗🤗. Ujian biasanya datang ke orang yg Allah tahu dia pasti kuat. 🤗

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)