I'm on my period, dan serius loh, apakah cuman saya, atau memang semua wanita merasakan hal ini. Semakin bertambah usia, rasanya menjelang menstruasi, bahkan seminggu sebelum harinya, mood saya nggak asyik banget swing-nya.
Pas hari H, ketambahan lagi nggak nyamannya, dan suer ini mengganggu banget deh, apalagi untuk kondisi saya yang memang sedang nggak baik-baik saja.
Btw, saya sempat membuka inbox facebook, ada beberapa pesan masuk dan percaya nggak percaya, hanya ada 2 hal yang temans facebook tanyakan ke saya.
"Rey, pulang saja ke Buton!" atau, "Kenapa nggak pulang ke rumah orang tua saja, sih?"
Dan juga,
"Kenapa belum urus cerai sih?"
Untuk masalah cerai sudah sering saya jelaskan alasannya, di mana karena saya memang belum punya uang cukup untuk gugat cerai (FYI kalau mau bercerai di pengadilan agama itu bayar ya, kalau nggak salah biayanya sekitar 2 juta lebih, belum termasuk biaya legalisir ini itu, dan biayanya wajib ditanggung penggugat).
Dan alasan lainnya, memangnya kalau belum cerai kenapa? dan sudah cerai kenapa?. Toh masalah utama saya itu uang atau biaya hidup anak-anak. Dan saya dengan papinya anak-anak udah jarang banget ketemu, nggak pernah lagi serumah sejak bertahun-tahun sebelumnya. Dan terakhir sejak bulan lebaran idul fitri tahun 2024 kali ya terakhir kali dia pulang dan nginap. Setelah itu nggak pernah lagi serumah.
Jadi, sebenarnya cerai ataupun enggak, nggak ada pengaruhnya.
Ya, kecuali kalau setelah bercerai saya langsung menikah dengan bule muslim tampan dan kaya, aamiin *loh *bercanda yeee, hahahaha.
Jadi saat ini saya mau fokus jawab pertanyaan dan pernyataan beberapa teman atau keluarga,
"Mengapa nggak pulang ke rumah orang tua, sih?"
Jawabannya adalah, saya udah nggak punya tempat pulang.
FYI, bapak sudah meninggal di tahun 2021 silam, dan hanya tinggal mama saya yang sudah sepuh dan (sepertinya) tinggal bersama kakak saya di Buton.
Sejak kembali ke Surabaya selepas bapak meninggal dulu, saya tidak pernah lagi bisa berkomunikasi dengan mama. Memang sih ketika itu saya berkonflik dengan kakak, dan mama membela kakak.
Setelah itu, bahkan menjawab pesan saya pun, mama ogah.
Saya telpon nggak diangkat, saya SMS nggak dibalas, bahkan mereka sengaja menyembunyikan nomor WA mama dari saya, agar saya tidak mudah untuk menghubungi mama.
Kalau kakak saya gimana? sama!
Sejak berkonflik sewaktu saya mudik saat bapak meninggal dulu, kakak saya benar-benar memutuskan komunikasi dengan saya. Nomor saya diblokir, dan sejak saat itu nggak pernah lagi ada komunikasi antara kami.
Satu-satunya tempat berkomunikasi hanyalah melalui suami kakak, itupun sangat jarang karena ada alasan yang nggak bisa saya jelasin secara detail.
Jadi, dengan kondisi mama yang nggak pernah menjawab pesan saya, sampai saya pikir mama sudah menganggap saya mati, apalagi kakak.
Bagaimana bisa orang-orang menyuruh saya kembali ke rumah orang tua?
Saya sering membaca curhat para single mom yang sudah bercerai dengan suaminya, mereka memilih kembali ke rumah orang tuanya. Dan nggak bertahan lama, mulailah mereka makin stres karena sering konflik dengan orang tua atau saudaranya di rumah tersebut.
Alasannya beragam, mulai dari kebaperan ketika anaknya dimarahin oleh kakek atau neneknya, hingga ortunya suka ngomel dan nyinggung-nyinggung masalah status single mom-nya.
See!
Tidak semua anak beruntung punya tempat pulang, termasuk saya, eh terlebih saya.
Fyi, ortu saya sebenarnya nggak benar-benar merestui saya dengan bapakeh anak-anak ini. Alasannya, ortu agak traumatik dengan suku tertentu, karena tahu cerita nggak baik tentang kelakuan orang suku tersebut.
Di samping itu, ortu juga nggak setuju karena si bapakeh ini nggak punya kerjaan tetap, tapi juga nggak bisa support saya untuk bisa ikutan bekerja.
Dan si bapakeh ini sejak dulu nggak pernah yang gentlemen kayak laki-laki lain, minta izin dulu ke ortu saya untuk menikahi saya, nggak pernah!
Lalu ditambah dengan beberapa kali selepas menikah bapakeh ini tidak pernah mau berkomunikasi dengan keluarga saya. Bahkan basa-basa ngucapin selamat lebaran kek, atau apa kek, nggak pernah sama sekali.
Yang paling nyebelin, berkali-kali bapakeh ke rumah ortu saya dengan biaya tiket dibayarin ortu saya PP, pas di sana juga dilayani dengan baik, diantar jemput ke bandara.
Pas pulang ke Surabaya, sampai di Surabaya, langsung hilang kontak. Bahkan mau kabarin ortu saya kalau dia udah nyampe pun, enggak.
Karena sikap buruknya itu, ditambah dengan kelakuan dzalimnya ke saya, makin nggak respeklah ortu saya ke dia.
Lalu akhirnya, saya tetap milih dia, disuruh nggak usah balik ke Surabaya, saya nggak mau. Akhirnya ortu benar-benar menganggap saya udah nggak ada.
Btw, semua hal ini diketahui oleh bapakeh kok, dia tahu persis kalau ortu saya kecewa dengan sikapnya. Tahu juga ortu saya kecewa dengan saya dan sudah menganggap saya nggak ada.
Tapi sedikitpun dia nggak pernah mikir, dengan dia menelantarkan saya bersama anak-anak, tanpa nafkah selama berbulan-bulan, dia nggak khawatir kalau saya dan anak-anak tidur di jalanan karena nggak sanggup bayar kontrakan, atau nggak makan karena nggak punya uang.
Jadi begitulah.
Kalau ada yang nanya, kenapa sih nggak pulang ke rumah ortu aja?.
Ortu saya udah menganggap saya nggak ada, ke mana lagi saya harus pulang?
Bahkan, selama saya ditelantarkan begitu saja oleh bapakeh, sebenarnya semua keluarga dan mama dan kakak tahu kok kondisi mengenaskan saya di sini.
Kakak saya bisa baca keluhan saya di media sosial, dan banyak tetangga maupun keluarga menyampaikan tentang nasib saya yang hampir di ujung tanduk kehidupan ini ke mama.
Tapi, sampai detik ini nggak ada sedikitpun kepedulian dari mereka. Baik mama, apalagi kakak.
Jadi, bagaimana saya bisa pulang ke rumah ortu? sementara saya udah nggak punya ortu?.
Tapi tenang saja, insya Allah saya sudah mengikhlaskan ketidak pedulian mama dan kakak ke saya kok. Meski mereka nggak peduli, saya masih setia menyebut mereka dalam doa. Bahkan memaklumi ketidak pedulian mereka.
Alasannya? karena ini bukan salah mereka, semua yang saya jalanin adalah konsekwensi dari pilihan saya, dan sudah seharusnya saya bertanggung jawab atas hal ini sendiri.
Dan sedikitpun saya nggak dendam, saya bahkan berdoa agar Allah masih izinkan saya meraih kesuksesan, masih izinkan saya bisa mudik menjenguk mama dan kakak.
Saya juga berdoa agar Allah lembutkan hati mama dan kakak untuk bisa memaafkan saya, agar kami bisa menjalin silaturahmi kembali.
Aamiin.
Surabaya, 07-12-2024
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)