Ketika Menjadi Orang yang Suka Mendengarkan

suka mendengar

Sejak kemarin pagi saya berada di sebuah tempat, yang mana saya harus berdampingan dengan seorang Ibu berusia sekitar 50-60 tahun.

Si Ibu ini suka banget bercerita, banyak hal yang diceritakan. Kebetulan juga, si Ibu ini berasal dari Minahasa.

Nah, as you know kan, saya lahir di Minahasa Utara. Uniknya, si Ibu juga kebetulan berasal dari daerah tempat kelahiran saya itu.

Awalnya sih basa basi aja mengatakan kalau saya juga lahir di sana. Eh siapa sangka, pengakuan basa basi itu, malah menambah semangat si Ibu dalam bercerita ini itu.

Alhasil bisa ditebak, saya yang memang sering jadi pendengar yang baik, bikin saya harus mendengarkan cerita si Ibu sampai berjam-jam lamanya.

Saking lamanya mendengarkan si Ibu, saya sampai kayak kenal dekat dengan si Ibu.

Tau perjalanan hidupnya, kerja di mana ketika masih muda, anaknya berapa?.

Meskipun ada cerita-cerita yang masih menggantung, tapi saya nggak pernah menanyakan secara detail, hanya mendengarkan apa saja yang ingin dibagikan oleh si Ibu.

Dan kebetulan juga, si Ibu yang merupakan pensiunan guru ini, sepertinya seseorang Ibu yang menghormati privasi orang lain. Dia juga nggak menanyakan hal-hal pribadi saya secara lebih detail.

Keren sih ini, jadinya saya bisa bersosialisasi tanpa harus over sharing.

Meski demikian, sejujurnya saya pengen stay private *tsah. Pengennya bisa 'nggak usah terlalu banyak ngobrol'. Tapi gimana ya, si Rey ini memang tipe manusia yang nggak enakan, nggak bisa nolak, mana sangat bisa jadi pendengar yang baik pula.

Kebayang kan, jika ada seseorang yang suka bercerita, dijamin kagak mau berhenti bercerita, lantaran menemukan telinga yang mau mendengarkan dengan baik dan sikap antusias untuk semua ceritanya.

Jadi deh si Rey, harus tahan berjam-jam mendengarkan cerita si Ibu. Sampai akhirnya saya menemukan cara untuk bisa sejenak beristrahat dari hal 'mendengarkan', yaitu dengan menulis blog biar kata pakai hape, hahaha.

Risiko banget ya jadi orang sok 'lovable' *halah. Enggak sih, maksudnya orang yang suka menjadi pendengar yang baik, ditambah nggak enakan. Paket komplit banget untuk bisa 'stay fokus mendengarkan cerita orang lain'.

Meskipun memang sih, si Ibu ini bukanlah tipe ibu-ibu yang suka rumpiin orang lain ya. Dia lebih suka menceritakan dirinya, anaknya, hal-hal tentang yang dia alami, dan pemikirannya juga keren banget. Cuman 'kurang nyaman' di 'sebenarnya si Rey lagi pengen stay diam dan malas ngobrol aja', hehehe.

Anyway, mungkin yang ngeh, si Rey ini kok sejak kemarin ceritanya agak membingungkan ya. Nanti deh saya jelasin, tentang cerita-cerita 'kurang jelas' yang saya tulis beberapa hari terakhir ini.

Yang jelas, saya menuliskan ini, sebagai rekaman peristiwa yang lumayan besar buat saya, sekaligus sebagai syarat biar bisa setor challenge KLIP terus setiap hari, hahaha.

Kalau ditanya, berarti si Rey ini, ikut KLIP challenge cuman sebagai syarat doang dong, karena tulisannya kebanyakan cuman curhat dan cerita doang semacam untuk 'menggugurkan kewajiban' aja.

Enggak juga ya. Ada juga kok manfaat besarnya yang saya rasakan, salah satunya dengan melatih kebiasaan menulis setiap hari, dalam kondisi seperti apapun. Kan cita-cita saya no matter what, pengennya bisa jadi penulis buku, selain blog.

Dan untuk menjadi seorang penulis yang harus menafkahi kedua anaknya secara mandiri, dibutuhkan kemampuan untuk bisa konsisten menulis setiap harinya, sesibuk apapun itu.

Begitulah.


Surabaya (SJ), 17 Januari 2025

3 komentar :

  1. Coba pake headset / headphone mbak.. DIjamin deh, biasanya akan mengusir 60% lebih obrolan yang tak diinginkan, hehehe

    BalasHapus
  2. Saya langsung ingat ibu saya yang juga tipe orang oversharing, pokoknya tempat langganan saya yang gk pernah basa basi selama 4 tahun akhirnya tukang parkirnya jdi akrab sama ibu saya sampai tanyain lagi musim rambutan kan disana, dia tahu alamat kami dong akhirnya wkwk, padhal saya yang juga gk pernah sharing ke orang asing perihal pribadi mentok dengar cerita orang lain aja, dulu saya juga type yang suka denger cerita orang dan impactnya banyak banget pengalaman yang saya komsumsi, semisal sama tukang sapu jalan tentang cerita era tsunami yang berhasil survive, terus pengemis dengan latar ceritanya dan penghasilnya hingga supir bus travel sampai cerita anak dan bini saya tahu wkwwk. kebetulan saya mudah banget berbaur dengan beragam orang. cuma emang seiring waktu energi saya semakin mudah terkuras jadinya saya skrg rada malas kecuali emang penasaran banget. jadi skrng kalau lagi gk mood pura-pura scroll hp walau gk ada internet. tapi melihat ibu saya, jadi waswas tuanya bakal begitu

    BalasHapus
  3. Aku pernah ngalamin yg begini, dan jujurnya memang capek 🤣🤣🤣. Harus fokus dengerin dia ngomong, kasih tanggapan sesekali. Kalo semisal kenal baik, beda cerita yaa. Tp kalo ga kenal, duuuh pusiiiing

    Aku baru bisa menikmati yg begitu, kalo mungkin dlm perjalanan panjang pakai pesawat. Nah Krn ga bisa ngapa2in, jadi ngobrol memang kegiatan nyenengin.

    Tp kalo sedang duduk di taman misalnya, tau2 ada yg ngajak ngobrol, itu aku antara mau kabur tp ga enak 🤣

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)