5 Alasan Tak Berhenti Bersuara Tentang Menolak Penelantaran Keluarga

menolak penelantaran keluarga

Sampai detik ini, saya tak pernah berhenti untuk menyuarakan tentang penolakan akan penelantaran keluarga. Sikap tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh suami atau istri dalam rumah tangga ini benar-benar butuh diberantas dengan serius.

Ada begitu banyak anak-anak yang terpaksa hidup dalam kesulitan karena sikap pengecut seperti ini. Dan kalau bukan kita yang memperjuangkan hak anak-anak tak berdosa ini, siapa lagi ye kan?.

Beberapa orang mengatakan, untuk merelakan saja ketika seorang ayah atau ibu dengan kesadaran penuh menelantarkan anaknya begitu saja. Mereka beralasan bahwa nanti di akhirat, para ortu akan mempertanggung jawabkan perbuatan pengecut tersebut di hadapan Allah.

Jujur, saya cuman bisa senyum-senyum aja mendengar hal tersebut.

I mean, seriously? Memangnya cuman perbuatan begitu yang akan dipertanggung jawabkan?. Bukankah semua hal di dunia ini akan kita pertanggung jawabkan ketika di akhirat.

Maksud saya, urusan akhirat ya nanti, dan itu urusan setiap manusia dengan Tuhannya. Urusan sekarang di dunia, ya ada hukumnya.

Fyi, saya juga merupakan salah satu korban penelantaran keluarga ya. Sejak Agustus 2024 lalu, ayahnya anak-anak udah nggak mau menafkahi anaknya secara cukup. Sampai-sampai kami hampir diusir dari kontrakan saking nggak bisa bayar, dan ayahnya cuek saja. Saya harus berhutang di teman-teman untuk membayar kontrakan tersebut.

Setelah 2-3 bulan tidak peduli dengan kebutuhan anak-anak secara cukup, di bulan Oktober 2024, malah dia dengan sengaja memblokir nomor anak-anaknya, tentu saja saya juga. Dengan tujuan mau melupakan semuanya, dan dia ingin memulai hidup barunya sendiri, kali.

Setelah nyaris mengakhiri hidup dan anak-anak, saya akhirnya mengenal UPTD PPA Surabaya, dan akhirnya bisa memaksa dia kembali peduli ke anak-anaknya.

Tapi emang udah keenakan kali ya, selama beberapa bulan abai terhadap kebutuhan anak-anaknya, jadinya malah keterusan sampai sekarang.

Sampai detik ini, sudah berbulan-bulan tak pernah ada komunikasi dengan anak-anaknya, apalagi nafkag, sepeserpun nggak ada.

Keluarganya? tutup mata.

Padahal mereka tahu saya sebatang kara di Surabaya, dan nggak punya penghasilan cukup, tak seorang pun mau peduli apakah anak-anaknya keluarganya ini bisa tetap hidup?.

Dan kasus ini, sudah saya bawa ke Polrestabes Surabaya, tapi sayangnya masih mangkrak nggak jelas sampai detik ini. Karenanya, saya tak akan berhenti menyuarakan hal ini, agar semua pihak termasuk kepolisian lebih tanggap akan masalah Penelantaran Keluarga ini.

Untuk saya pribadi, paling tidak ada 5 alasan utama mengapa saya tidak pernah berhenti untuk menyuarakan menolak penelantaran keluarga secara nyata, di antaranya:


1. Karena Anak-Anak Butuh Biaya untuk Hidup Normal

Ini adalah alasan paling utama, mengapa saya terus menuntut ayahnya anak-anak untuk memenuhi tanggung jawabnya. Ya karena anak-anak butuh banget biaya untuk bisa hidup normal.

Zaman sekarang, kebutuhan hidup anak-anak sangat beragam, dan semuanya butuh duit buat dipenuhi.

Apalagi, dalam kasus saya misalnya, ayahnya anak-anak lepas tanggung jawab begitu saja, di saat kami tak punya tempat tinggal, tak punya aset untuk dijadikan modal biaya hidup.

Nggak punya keluarga, nggak punya penghasilan tetap dan cukup.

Terus, dengan keadaan seperti ini, saya harus pasrah saja dengan keadaan, membiarkan anak-anak tidur di pinggir jalan? Kelaparan? Dan nggak sekolah?.

Off course, saya harus melakukan sesuatu untuk memastikan anak-anak bisa hidup normal, dan satu-satunya yang paling penting adalah memastikan ayahnya bertanggung jawab.


2. Karena Saya Belum Mampu Membiayai Anak Sendiri

“Daripada menghabiskan energi ngurusin lelaki yang tidak punya harga diri gitu, mending fokus membiayai anak sendiri!"

Demikian kata orang-orang yang jujur bikin saya kadang (kadang aja sih, hehehe) sedih. I mean, seriously? memangnya selama ini saya tidak fokus membiayai anak-anak sendiri?. Terus anak-anak masih bisa bertahan sampai detik ini karena siapa, kalau bukan maknya ini?.

Nyatanya, bahkan sejak ayahnya anak-anak masih bertanggung jawab membiayai anaknya dulu, saya sudah fokus mencari uang sambil mengurus anak-anak dan rumah tanpa bantuan siapapun.

Saya jadi IRT yang harus mengurus anak sendiri, tapi Alhamdulillah sejak dulu sampai detik ini, saya bisa membeli kebutuhan pribadi, dengan kata lain tidak perlu merepotkan suami.

Tapi memang sih, bekerja sambil mengurus anak itu, nggak bisa menghasilkan uang yang cukup untuk membayar tempat tinggal, makan, kebutuhan anak, dan pendidikan anak.

Coba deh kasih tahu saya, mana tuh perempuan yang bisa menafkahi dan mengurus anaknya dengan baik tanpa support siapapun?.

I mean, kondisi anak sudah sekolah ya, butuh biaya dan perhatian ortunya.  

Saya rasa sulit bagi seorang ibu untuk bisa memenuhi semua itu, kecuali ada support atau anaknya belum sekolah atau udah sekolah dan mandiri.

Kalau sudah sekolah dan mandiri kan, ibu bisa fokus kerja. Demikian juga kalau anak belum sekolah, jadi anak belum membutuhkan uang untuk sekolah, demikian juga perhatian ortu dalam mendampingi sekolah anak.

Nah untuk kondisi saya, anak-anak belum bisa ditinggal dan mandiri, khususnya si Adik yang masih duduk di kelas 1 SD. Masih butuh diantar jemput, butuh disiapkan makanan, takut ditinggal sendiri di rumah.

Jadi ya, saya masih kesulitan bisa fokus mencari uang. 

Dan lagian ya, orang-orang di luar sana yang nggak diganggu dengan anak saja sulit cari uang cukup, apalagi saya yang sebagai ibu bekerja di rumah sambil urus anak?.

Karena itulah, anak-anak butuh uang, saya belum mampu dan belum dikasih kesempatan oleh Allah untuk bisa menafkahi anak seorang diri. Jadi ya, wajib banget tetap memperjuangkan hak anak-anak ke ayahnya.


3. Agar Pelaku Tidak Seenaknya Lari Dari Tanggung Jawab

Ya ampunnn, ini penting banget!.

Kalau baca-baca di medsos atau lainnya, ada begitu banyak anak-anak yang tidak dinafkahi oleh ayahnya yang tak punya harga diri itu. Maapin nih, saya benar-benar geram dengan sikap lelaki yang tak punya harga diri kayak gitu.

Ketika melihat komentar-komentar yang ada, banyak yang membiarkannya begitu saja, bahkan sudah sampai di tahap menormalisasi hal ini.

Terus, kenapa heran ketika makin banyak lelaki tidak bertanggung jawab?.

Ya pastilah, tidak bertanggung jawab akan menjadi pilihan banyak orang, khususnya yang berstatus ayah, karena mereka tak akan rugi apapun. 

Mereka hanya perlu cuek, dan mereka juga bisa hidup normal di masyarakat, karena orang-orang menerima mereka dan menormalisasi penelantaran keluarga itu.

Jadi apa yang membuat lelaki harus takut untuk seenaknya lari dari tanggung jawab?.


4. Agar Anak-Anak Tidak Meniru Sikap Tidak Bertanggung Jawab Ayahnya

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Pepatah ini benar banget nget!.

Anak-anak mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya, bukan hanya mencontoh hal baik, hal burukpun akan mereka contoh dengan baik.

Dalam masalah saya, di keluarga ayahnya anak-anak juga ada yang melakukan penelantaran keluarga seperti ini. Dengan seenaknya lepas tanggung jawab, dan setelah itu keluarganya tetap baik ke orang itu. Jadi, mungkin ayahnya anak-anak ini mencontoh hal itu, dia berpikir kan nggak ada ruginya.

Malah dia untung, bisa menikmati uangnya sendiri, nggak perlu sibuk dan pusing mikirin kebutuhan anak-anaknya. Masalah akhirat kan nanti, ngapain dipikirin sekarang?.

Duh, saya ingin melindungi anak-anak dari sikap tidak bertanggung jawab seperti itu. Karenanya penting untuk saya menunjukan kepada mereka, bahwa setiap perbuatan akan ada konsekwensinya,

Salah satunya lelaki yang tidak bertanggung jawab, akan berhadapan dengan hukum.

Dengan demikian, saya harap anak-anak akan berpikir ribuan kali jika ingin menelantarkan keluarganya di kemudian hari. 


5. Karena Ada Hukum di Dunia, Urusan Akhirat, Nanti!

Ada hukumnya loh!. 

Fyi, kita sebagai perempuan, khususnya ibu rumah tangga sebenarnya dilindungi UU PKDRT pasal penelantaran keluarga. Dan itu masuk tindak pidana.

Gimana laporinnya?.

Cari polres yang ada unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak), lalu laporkan kasus itu. Gratis kok. Kalau ada pungutan, jangan takut untuk share di medsos, kalau perlu tag Kapolri nya hehehe.

Ribet? pastinya!.

Namanya kita mengurus sesuatu kan, tapi setidaknya itu jauh lebih baik daripada kita stres sendiri, cari duit nggak dapat-dapat, ujungnya melakukan hal-hal yang tidak terpuji (sering banget nih saya temukan dari para perempuan korban penelantaran keluarga).

Masalah akhirat? nanti!.

Ini di dunia, anak-anak butuh duit, bukan hanya 'balasan Allah buat ayahnya yang tidak bertanggung jawab'.


Demikianlah.


Buton-Lwl, 22-02-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)