Sakit atau Disuruh Istrahat

Sudah 19 hari saya di sini, tapi kok nggak bisa ngapa-ngapain. Ya maksudnya nggak atau belum bisa produktif kayak sebelumnya.

Padahal rekening kosong melompong dah, apalagi bapakeh anak-anak sudah makin lupa sama anaknya. Sudah hampir 2 bulan nggak ada komunikasi atau nanya kabar anak-anaknya sama sekali.

Ah sudahlah.

Sejak pertama kali sampai di sini, saya mulai merasa kurang enak badan. Bahkan sejak di perjalanan sih, saya mulai merasa tenggorokan nggak nyaman.

Sampai di tujuan, saya nggak bisa istrahat, seketika diforsir untuk banyak hal, dan akibatnya bisa ditebak, saya tepar.

Sekitar seminggu sejak kedatangan saya, kondisi kesehatan semakin kurang nyaman. Dan akhirnya saya benar-benar harus beristrahat, dengan batuk, pilek dan tulang-tulang terasa ngilu.

Sampai akhirnya saya menyadari, keknya saya anosmia deh, nggak bisa mencium aroma balsem Geliga yang aslinya tajam banget.

Seketika saya memikirkan sebuah penyakit, covid.

Kakak saya mengiyakan, sepertinya saya kena covid, dan teringat satu-satunya orang yang menjadi tertuduh menjangkiti saya adalah, si ibu yang cerewet, mentang-mentang saya suka mendengarkan. 

Ketika itu, si ibu memang batuk pilek dan bersin mulu, tapi dia beralasan kalau alergi AC. Meskipun bisa-bisanya saya percaya aja, padahal ketika itu ruangan terasa gerah dan AC tidak berfungsi dengan baik.

Yang bikin kesal, udahlah dia batuk pilek dan bersin, pakai tisue banyak dan bekasnya dibiarin gitu saja. Dan memang sih, ketika awal-awal saya ketularan, sudah mengira banget kalau saya ketularan dari si ibu itu.

Tapi, kirain cuman batuk pilek biasa, bukan gejala covid.

Well, saya juga nggak yakin kalau kena covid sih, tapi dari gejala yang saya rasakan, nggak ada obat apapun yang ngaruh di saya, bikin kecurigaan semakin tinggi. Dan semakin kesal juga saya mengingat si ibu itu.

Lalu agak deg-degan juga pas baca berita si Barbie Hsu meninggal dunia karena kena flu burung sampai pnemonia.

Semoga saja bukan covid ya. Kalaupun Covid, semoga cepat sembuh dan tidak menularkan ke orang lain. Sampai sekarang sih batuknya udah mulai berkurang, tapi pileknya masya Allah, super mengganggu banget.

Beragam obat saya konsumsi, termasuk antibiotik, kayak nggak ngaruh sama sekali. Akhirnya saya bosan minum obat dan memilih vitamin C dan jahe kunyit doang.

Jadi begitulah, meskipun saya sudah harus beraktifitas dengan normal, tapi kegiatan saya belum sepenuhnya bisa normal. Pilek dan sakit kepala masih menguasai diri, bahkan saat sujud ketika shalat pun, terasa banget nggak nyaman karena kepala berat dan nyeri.

Di sisi lain, saya mencoba berpikiran positif, mungkin memang Allah sedang meminta saya untuk beristrahat sejenak. Terlalu lama saya hidup dengan sangat keras. Jadi, sementara ini saya diminta untuk hidup dengan slow dulu.  

Meskipun untuk ini terasa sulit buat saya yang memang jadi manusia nggak enakan.

Rasanya jadi beban banget, apalagi saya punya 2 anak yang harus diurus dan dibiayai karena bapakeh sama sekali nggak peduli dengan anak-anaknya.

Semoga Allah segera mengangkat penyakit saya ya, semoga bisa segera dikasih kondisi sehat dan fit. Dan juga semoga bisa segera menghasilkan uang, agar bisa membahagiakan dan menyenangkan mama juga, aamiin. 

Karena to be honest, saya dan mama serta anak-anak juga sedang menanti kabar baik yang kami impikan. Bahkan mama selalu menyemangati agar saya banyak makan biar lekas sembuh, takut kabar baiknya segera datang dan butuh kondisi tubuh saya yang fit untuk menjalaninya.

 

Buton - LWL, 04-02-2025