Diary Caregiver Ortu, Menjaga Tensi Mama Tetap Normal

agar tidak hipertensi

Kadang saya tuh mau ngakak saking bingungnya, karena seharusnya kan saya sedih, tapi nggak mungkin juga nangis, karena ini memang jalan hidup yang ditakdirkan tanpa pilihan lain.

Jadi setelah dipikir-pikir, kehidupan saya tuh sama aja kek caregiver atau pengasuh. Selama belasan tahun jadi caregiver anak sendiri sampai mereka sudah sedikit mandiri. Giliran saya udah semangat memulai karir dengan mempergunakan sisa-sisa usia yang nggak muda lagi.

Ehhhh, ketambahan deh jadi caregiver ortu.

Well, sebenarnya labeling caregiver mungkin terlalu lebay ya. Karena makna caregiver itu adalah seseorang yang harus memberikan perawatan dan dukungan kepada individu lain yang tidak mampu merawat dirinya sendiri karena faktor usia, kesehatan atau keterbatasan fisik maupun mental.

Nah, sementara saya dulunya harus mengasuh anak-anak yang belum mandiri. Lalu sekarang menemani mama yang meski udah lansia (lanjut usia), tapi Alhamdulillah masih kuat merawat dirinya sendiri.

Akan tetapi, karena baik kakak maupun mama adalah nakes, jadinya luar biasah syekaleeehhh pentingnya caregiver buat mama.  

Btw mama saya kelahiran tahun 1955, jadi saat ini beliau berusia hampir 70 tahun.

Tapi Alhamdulillah beliau masih bisa beraktifitas dengan normal setiap hari. Masih bisa masak, bisa keliling-keliling rumah, beresin halaman dan lainnya.

Cuman emang kalau jalan seringnya mama nggak kuat, maklum masalah utamanya juga ada di lutut. 

Alhamdulillah, mama juga nggak punya penyakit gula atau diabetes, jadi nggak ribet dengan makanan biasa yang mengandung gula.

Bisa makan nasi putih, ikan dan sayur dengan normal. Akan tetapi, mama tak lepas dari masalah lansia kebanyakan, apa itu? mudah hipertensi.

Untuk masalah yang ini, luar biasa sih bikin ngos-ngosan.


Mulai dari menjaga makanannya, di mana untuk masalah ini saya harus memasak makanan dengan garam atau penyedap rasa sangat minim. Nah, masalahnya kan saya kesulitan mengira-ngira penggunaan garam dan penyedap rasa yang aman tuh seberapa?.

Harusnya sih mudah, cukup masak tanpa garam sama sekali aja kan, biar aman. Tapi mama selalu ngeluh, katanya makanannya nggak enak lah. Giliran dikasih sedikit garam, katanya kok terasa garamnya.

Jujur, akoh pengen gigit panci saking gregetnya, hahahaha.

Selain garam, mama juga nggak boleh kebanyakan mengkonsumsi minyak atau makanan berminyak. Meanwhile mama kadang bosan makan sayur bening tanpa garam, lalu pengen makan sayur tumis atau sup yang bumbunya ditumis.

Ini dia tantangannya. 

Saya kan, nggak berani nanggung risiko mama kenapa-kenapa, jadi nggak berani melanggar asupan minyak yang nggak boleh dikonsumsi mama.

Alhasil, bahkan numis bumbu pun minyaknya seiprit, sampai kadang jadi kurang sedap, lalu mama bakalan mengeluh, kok nggak enak?.

Giliran bumbunya ditumis sempurna, mengeluh juga, katanya minyaknya terasa, astagaaahhhhh, huhuhu. 

Ini belom ketambahan masalah lain ya, kalau saya sih seringnya makan aja apa yang ada. Makanan hambar, lunak (karena mama mengeluh jika makanan masih keras). Tapi enggak dengan anak-anak, mereka mengeluh. Dan bahkan si Adik menolak makan makanan hambar atau terlalu lunak.

Alhasil, saya harus memasak berkali-kali, buat anak makanan biasa, buat mama yang sehat dan lunak. Abis dong waktu akoh di dapur melulu. Sampai kakak saya pusing liat saya ngebibik nyaris seharian mulu, hahaha.


Kok bisa sih sampai seketat itu menjaga tensi mama?. 

Mama bahkan mengecek tensinya 2 kali sehari setiap hari ketika normal dan tak ada keluhan. Biasanya subuh dan malam sebelum tidur. Jika tensinya masih dalam batasan normal, maka kehidupannya juga normal, tapi tetap menjaga pantangannya.

Namun, ketika tensinya naik, bahkan masih di batas atas normal, heboh banget minta ampun. Mulai dari tensi jadi berulang kali setiap 2-3 jam sekali, sampai semua cara dilakukan agar tensinya turun.

Awalnya saya merasa terlalu lebay sih, saya pikir kalau kita tahu terus menerus dengan tensi kita, jadinya naik sedikit panik banget. Dan memang sih sering terjadi, kalau tensi mama naik sedikit, itu susah banget turunnya. Yang ada naiknya makin drastis.

Kalau saya perhatikan karena panik, jadinya kepikiran dan takut, yang ada malah jadi tambah hipertensi.

Tapi setelah mendengarkan alasan kakak, pengalaman banyak orang, serta membaca beberapa artikel kesehatan, saya jadi sadar kalau mengetahui tekanan darah lansia setiap saat itu penting. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

As we know, setelah lansia, tubuh manusia kan udah nggak bisa normal kayak masih muda. Banyak organ yang nggak berfungsi sempurna. Alhasil mempengaruhi kesehatan tubuhnya. Salah satunya tekanan darah.

Pada lansia, tekanan darah bisa naik dan turun dengan cepat, karena itulah dibutuhkan untuk mengetahui tensi setiap saat, agar ketika tekanannya naik, kita bisa segera antisipasi agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Karena hipertensi pada lansia itu bahaya banget, eh bahkan bukan pada lansia aja sih. Bisa mengakibatkan pecahnya pembuluh darah, atau juga mengakibatkan stroke.

Nah kakak saya nggak mau sampai kejadian kek gitu, makanya dia cerewet banget tentang tensi mama.

Cuman karena itu, saya sebagai caregiver langsung, jadinya subhanallah banget, hiks.

Bukan hanya waktu saya bisa dibilang jadi habis di dapur, tapi juga mental saya benar-benar tergadaikan, hahaha.

Saya jadi berasa ketakutan, serba salah, apalagi kalau pas masak ada mama. Karena bakal adaaaa aja komentarnya, jangan kebanyakan garam lah, kasih garam lah, dan lainnya.

Nggak heran dalam sebulan saya udah bisa turun BB sampai 7 kg, wakakakkaak. Padahal sebelumnya, udah capek intermittent fasting dan olahraga rutin, susah amat turunnya.

Baca :  Cara Intermittent Fasting untuk Mengatur Waktu Asupan Makanan


Bukan hanya rempong urus makannya, saya juga jadi nggak bisa meninggalkan rumah apalagi buat menginap. Mama selalu kepikiran kalau ditinggal sendiri, sementara kalau diajak mama selalu minta pulang cepat.

Alhasil, saya nggak bisa sama sekali punya waktu me time ketemu teman-teman di luar rumah.

Waktu lebaran kemaren, saya minta izin mau nginap di rumah kakak 2 malam. Saya pengen nitip anak-anak untuk bertemu teman-teman STM saya dulu.

Dan you know, baru semalam ditinggal, pas besoknya saya telpon, ternyata tekanan darah mama naik banget, bahkan sampai ada gejala sakit kepala segala.

Tanpa ba bi bu, kakak langsung menyuruh kami bersiap untuk segera pulang ke rumah mama. Padahal saat itu udah pukul 4 sore, dan saya udah janjian sama teman-teman akan ketemuan pukul 6 sore. Salah seorang sahabat saya malah udah belain masak buat menyambut saya.

Alhasil sampai hari ini masih kerasa nyeseknya, sempat kesal juga karena merasa hidup saya kok kek dipenjara mulu. 

Tapi mau gimana lagi, daripada terjadi hal-hal yang bakal saya sesali, mau nggak mau saya harus mengorbankan keinginan me time dan tetap fokus ke kesehatan mama.

Lucky me, meski kakak saya agak diktator,  tapi sedikit banyak dia paham apa yang saya rasakan. Namun yang bisa dia lakukan hanyalah menasihati, dan sayapun nggak bisa berbuat apa-apa selain belajar legowo menerima hal itu.


Demikianlah cerita saya yang bisa dibilang menjadi caregiver mama yang lansia. Salah satunya menjaga agar mama tidak hipertensi.


Elweel, 11-04-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)